Abdominal migrain adalah kondisi nyeri perut hebat yang episodik, seringkali disalahpahami sebagai sakit perut biasa. Berbeda dengan migrain kepala, fokus nyeri berada di area perut, khususnya di sekitar pusar. Kondisi ini umumnya menyerang anak-anak, meskipun bisa berlanjut hingga dewasa, dan penting untuk dikenali gejalanya.
Gejala utama abdominal migrain adalah nyeri perut yang parah, berulang, dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari. Nyeri ini seringkali digambarkan sebagai kram atau pegal. Intensitasnya bisa bervariasi, dari sedang hingga sangat mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya.
Selain nyeri perut, gejala penyerta lain sering muncul. Penderita mungkin mengalami mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Beberapa juga menunjukkan pucat, kelelahan ekstrem, atau sensitivitas terhadap cahaya dan suara, mirip dengan gejala migrain kepala yang umum.
Penting untuk diingat bahwa abdominal migrain adalah diagnosis eksklusi. Artinya, dokter akan mendiagnosis kondisi ini setelah menyingkirkan penyebab lain dari nyeri perut berulang. Riwayat keluarga dengan migrain (baik kepala atau perut) sering menjadi petunjuk penting.
Penyebab pasti abdominal migrain belum sepenuhnya jelas. Namun, para ahli menduga ada disregulasi sistem saraf yang melibatkan serotonin di saluran pencernaan dan otak. Faktor genetik juga memainkan peran signifikan, seringkali ditemukan riwayat serupa di keluarga.
Beberapa pemicu umum telah diidentifikasi. Stres emosional, kecemasan, kelelahan, dan kurang tidur dapat memicu serangan. Makanan tertentu seperti cokelat, keju, daging olahan, atau minuman berkafein juga dilaporkan sebagai pemicu pada beberapa individu.
Serangan abdominal migrain bisa datang tiba-tiba dan menghilang tanpa sisa di antara episode. Pola ini membedakannya dari kondisi pencernaan kronis lainnya, di mana nyeri mungkin lebih persisten. Observasi pola nyeri sangat membantu dalam diagnosis.
Manajemen abdominal migrain fokus pada meredakan gejala akut dan mencegah serangan di masa mendatang. Selama serangan, istirahat di lingkungan yang tenang dan gelap, kompres hangat, serta obat pereda nyeri yang diresepkan dokter dapat membantu meredakan ketidaknyamanan.
Untuk pencegahan, mengidentifikasi dan menghindari pemicu adalah kunci. Penderita dapat membuat catatan harian mengenai makanan, tingkat stres, dan pola tidur untuk menemukan korelasi dengan serangan. Mengelola stres melalui teknik relaksasi juga sangat membantu.